ILMU DAN MENGILMUKAN


Oleh: Handri Putrawan, S.Pd.I*)

Cogito Ergo Sum“Aku berpikir, maka aku ada”Di Plesetkan menjadi;“Aku belanja ke mall, maka aku ada”(Mistisme Perkotaan)

Bumi merupakan tempat tinggal berbagai macam makhluk hidup ciptaan Allah SWT, salah satu makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang memiliki kelebihan dari ciptaan Allah SWT di Bumi adalah manusia, manusia diciptakan paling sempurna diantara makhluk Allah SWT di Bumi, ini terbukti dengan manusia dianugerahi akal sebagai potensi dalam mengolah Bumi, bukti yang konkrit adalah perkembangan pesat peradaban manusia dari zaman ke zaman.Bermula dari sebuah keingin tahuan manusia terhadap Bumi, maka manusia melakukan berbagai macam ekplorilasi terhadap bumi sehingga manusia merancang berbagai landasan dengan memperhatikan gejala-gejala alam untuk mengeksplorasi Bumi, awalnya manusia hanya mengandalkan pola berfikir yang kemudian dikembangkan dalam berbagai sistem keilmuan, keingin tahuan manusia yang begitu besar memaksa mereka untuk menciptakan berbagai disiplin ilmu untuk menunjang proses eksplorasi terhadap Bumi.Awal perkembangan ilmu yang diciptakan manusia, ilmu itu belum dipilah-pilah dan dibeda-bedakan, pada masa awal peradaban manusia ilmu masih bersifat pengembangan pola pikir, yang dikemudian hari dikenal dengan ilmu Filsafat, ilmu filsafat dianggap sebagai sumber dari segala sumber ilmu, karena berisi tentang bagaimana pola pikir manusia dalam upaya ekplorilasi terhadap Bumi, sejak zaman yunani kuno ilmu masih bergantung kepada sistem ilmu filsafat, sampai zaman kemajuan Islam, ilmu sudah berkembang menjadi berbagai macam disiplin dan sudah memisahkan diri dari induknya yaitu; ilmu filsafat.Zaman pertengahan sampai zaman modern sudah berbagai ragam ilmu yang kita jumpai, ilustrasi yang paling baik dalam menggambarkan hal ini adalah; adanya ilmu yang sudah dijamah (sudah tidak perawan lagi) dan ada ilmu yang belum dijamah (masih perawan). Kenyataan ini melahirkan istilah-istilah yang berupa siapa penemu suatu ilmu (Bapak Ilmu) dan siapa pengembangnya, alih-alih bahwa hal ini tidak menutup kemungkinan ada ilmu yang digabung; seperti gabungan ilmu Fisika dengan Ekonomi melahirakan ilmu yang bernama Ilmu FisioEkonomik. Landasan lahirnya ilmu fisioEkonomik adalah bahwa kejadian-kejadian ekonomi dapat dapat diukur dan diketahui.Permasalahan yang paling sering muncul adalah, bagaimana mengilmukan suatu ilmu agar tertanam dalam setiap individu, karena begitu pesatnya perkembangan percetakan buku-buku yang memuat berbagai bidang ilmu menjadikan orang-orang malas untuk menghapal kronologi, dan teori-teori yang berkaitan dengan ilmu tersebut. Orang lebih mengandalkan buku dari pada menghapal landasan teori suatu ilmu, sehingga begitu mereka dihadapkan pada suatu permasalahan dalam bidang ilmu tertentu mereka lebih cepat merujuk pada suatu buku dan bukan kepada kepala (akal) mereka. Kenyataan seperti ini berdampak pada makin banyaknya karang-karangan yang berupa penjelasan-penjelasan (Syarah) dari suatu bidang ilmu. Dalam sejarah Islam masa syarah bermula pada zaman Bani Abbasiyah.Dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan, manusia mengembangkan suatu sistem yang disebut teori ilmiah, yang berisikan langkah-langkah dalam menetapkan keabsahan suatu kajian keilmuan, jika kajian keilmuan tersebut sesuai dengan kerangka teori ilmiah maka hasil kajian tersebut dapat dikatakan sebagai bagian dari suatu bidang ilmu.Tingkat pemahaman akan ilmu pengetahuan akan turut mempengaruhi perkembangan logika manusia itu sendiri, dengan demikian tingkat logika manusia dapat dibedakan menjadi dua yaitu; 1). Logika orang awam, dan 2). Logika ilmiah. Logika orang awam biasanya menyangkut hal-hal yang masih umum. Sedangkan logika ilmiah sudah mengarah kepada hal-hal yang lebih spesifik. Maka pantaslah dikatakan oleh orang-orang barat bahwa perkembangan-perkembangan ilmiah dalam kehidupan itu ibarat mimpi. “Lavida Es Sueno”. Kehidupan adalah mimpi.“Barang siapa yang tidak menguasai dasar, maka dia tidak akan pernah menguasai cabang selamanya”Ilmu itu di dada bukan di lembaran (Al-Ilmu Fis Sudur, La Fis Sutur). Jika kita telaah lebih mendalam, maka otak memiliki kapasitas yang sungguh terbatas, sehingga bila terlalu dipaksakan maka otak manusia bisa mengalami keausan. Sarana yang paling efektif untuk menampung segala macam jenis ilmu adalah dada (Hati), hati bisa langsung berhubungan dengan sang kholik dan mendapatkan anugerah yang berupa “Ilmu Ladunni”.

Wallahu A’lam BisSawwab

About Handri Putrawan

Saya adalah salah seorang staf pengajar di MA NW Pringgasela pada Yayasan Darul Mujahidin Pringgasela.

Posted on 27/02/2012, in Teori Pengajaran. Bookmark the permalink. 3 Komentar.

  1. guru mata pelajaran apa pak???? saya juga dari pringgasela….

    Suka

  2. Hal Antum mu’allim Al-Lughatul “arobiyah ya ustazzz???

    Suka

Komentar Anda